Fresh Finds Indonesia #1

Jurnal musik pertamaku, mungkin.

Kalau ditanya sebuah hobi, gue dulu bingung. Sekarang, juga masih bingung. Dengerin musik pasalnya udah ga bisa dibilang hobi lagi, udah jadi gaya hidup.

Sebuah keharusan di mana ketika gue galau, gue langsung denger lagu favorit gue (saat ini kebanyakan lagu Bladee, sih). Di saat yang lain, keingintahuan gue maksa buat nyari banyak musik baru, entah lewat rateyourmusic, Spotify atau Bandcamp.

Untuk musik Indonesia, gue sering cari di Bandcamp, tapi saat ini gue jadi lebih sering ngulik Fresh Finds Indonesia, yakni sebuah daftarputar (suakasuara.com nulisnya “senarai”, sih, tapi gue pingin beda aja gitu haha) lagu-lagu lokal yang baru rilis di Spotify. Daftarnya asyik, karena gue bisa nemuin kejutan yang menggembirakan atau 5 detik lantunan gitar yang gampang banget ditebak sebelum akhirnya gue loncati.

Nah, artikel ini berupa curahan hati tentang apa yang gue temui di daftarputar tersebut. Ga bakal panjang-panjang, karena buat apa juga. Yang penting harapannya kalian bisa dapet gambaran itu lagunya kayak gimana dan apa yang gue rasa selama dengerin itu buat pertama kali. Kalau ada yang tidak terbahas, antara gue ga sengaja denger atau sengaja ga denger. Monggo, komen aja kalau ada lagu yang dirasa bakal gue suka.

Tanpa panjang lebar, FFI di minggu ini cukup asik.

Oh iya, sejauh ini artikelnya bakal lebih optimal dibuka di PC. Kalau lewat HP embedded player-nya kelewat besar, dan gue ga mau bikin playlist karena satu dan lain hal. Kalau tahu cara alternatifnya supaya bisa mungil, bisa kasih tahu gue ya..

Jangan dilewatin

Fanfare, fanfare! Wherever ini terasa syahdu dengan instrumen tiupnya dan juga aransemen yang nge-jazz gurih. Dengerin asmbil minum kopi dan berandai tentang gebetan secara sophisticated.


Meet the Doppleganger bermain dengan sapuan ambien yang terkungkung, menimbulkan suasana yang hipnagogik. Secara struktur bukan sesuatu yang memukau, tapi dari tekstur ini menuntut untuk diputar terus menerus.

Terasa Manis memulai dengan deruan bass, memberi pondasi untuk vokal yang putus asa. Gue suka energi yang perlahan meningkat dengan synth pad dan gitar yang sesekali hadir. Transisi kecil menggunakan rattling hi-hat, verse kedua yang terasa makin anthemic untuk mempersiapkan ke bagian akhir lagu yang agak anti-klimaks. Love this one, please give it a chance!

Ga takut menggunakan gitar berefek fuzz untuk lagu yang bisa dikatakan bikin mau berjoget. Gue hargai keberaniannya karena lagu neo-psychedelia ini keeksekusi dengan sangat matang. Tusukan piano-nya di akhir bar itu, lho, nyantai banget.

Apa sih indie pop tanpa gitar ber-chorus? Runaway adalah trek yang manis, tidak neko-neko dan dieksekusi dengan pas. Cocok buat fans Boy Pablo dan Cuco.

Ping Pong Club hadir lebih energik dari sebelum, tapi kali ini nama mereka ganti jadi Iris Bevy. Endeavor adalah proposal mereka untuk penggemar lama sekaligus baru, kalau mereka tetap berkutat di synthpop. Tebasan pluck nimbulin suasana yang melayang dan vokal dari Emiri Kanou bikin lagu ini jadi lebih punya kesan city pop.

Boleh disimak

Persetan 100 gecs, June Ibrahim berhasil gabung reggae dan indie rock dengan cara yang cukup inventif di Who Cares. Bagian bridge-nya pun mengambil jalur uplifting mirip chamber pop sehingga nambah twist lebih di lagu yang udah cukup ambisius ini.

Meski masih cukup inferior daripada emo rap yang gue anggap tinggi, upaya Fakie Funk dalam never again masih ga bisa dibilang gagal. Flow melodik nan fleksibel diiringi sama beat yang ngandelin piano selalu punya tempat tersendiri di hati gue, dan semoga percobaannya ga cuma berhenti di lagu ini.

Synthpop sempet jadi konsep baru buat gue di tahun 2016-an, mungkin. Chvrches adalah salah satu yang membuka mata, dan meski sekarang gue benci nyaris semua lagu mereka (The Mother We Share masih oke), Quencyland berhasil menyaring inspirasi dari trio tersebut dan bikin jadi lagu yang cukup catchy melalui bass yang berdentum.

Orang yang benci isian tom di sebuah pola drum boleh tidak menjadi teman gue dari sekarang. Sayang di chorus, mix-nya terasa terlalu ramai, yang seharusnya bisa diatasi dengan sedikit utak-utik. It’s still a fun song, though!

Eh

Tiba saatnya untuk nostalgia, sedikit ingat-ingat tentang hidup utopia berbumbu samba di trek city pop bertajuk Kartu Hati ini. Gue ga merasakan sesuatu yang spesial, mungkin karena gue percaya terlalu banyak ide dalam satu trek bisa merusak konsep yang sebenarnya bisa asyik.

Gue ga bilang kalau pop punk itu adalah genre lapuk yang minim pengunjung, tapi Riowzanrose berhasil membuat genre ini jadi lebih intim, untuk dirinya sendiri. Gue ga tahu siapa wanita yang dia ucapin ulang tahun di chorus-nya yang bisa jauh lebih bagus, but hey, you do you.

Penulis: nokitron

My hobby may not be my speciality, but I know too much about it.

Satu komentar pada “Fresh Finds Indonesia #1”

Tinggalkan komentar