Biarkan Tyler, the Creator traveling di kepala lu melalui Call Me If You Get Lost

Tyler makin mengokohkan namanya sebagai salah satu seniman paling berbakat, namun sayang album ini ga membuat gue terpikat.

Call Me If You Get Lost oleh Tyler, the Creator
Genre: West Coast Hip Hop, Neo-Soul, Alternative R&B
dirilis pada 25 Mei 2021 di bawah label Columbia Records

pop hari ini tyler the creator review lagu indonesia

Mendengarkan Wolf buat pertama kalinya sebelum menuju Call Me If You Get Lost adalah keputusan yang ga gue sesali. Menurut gue pribadi, album 2013 tersebut adalah cetak biru untuk album 2021 ini.

Sebelum memutuskan kalau interpretasi gue agak far-fetched (ngadi-ngadi), mungkin emang far-fetched. Mereka punya warna suara yang jauh berbeda, lirik yang tidak bisa sama juga. Tapi begini…

Cherry Bomb ga diragukan adalah tamparan terbesar buat Tyler. Itu adalah Yeezus-nya dia, yang mana orang-orang membanting album itu karena mereka belum siap. Nyatanya ketika gue dengerin pertama kali, itu bukan sesuatu yang buruk-buruk amat. Mungkin karena gue juga udah terbiasa sama treatment musik abrasif yang suaranya clipping sehingga dianggap “earrape”. Gue cuma bisa bilang it’s an acquired taste, kalo diterjemahin “lama-lama juga kebiasa”. Di album ini juga Tyler masukin nuansa alt-R&B yang samar, di title track pun Fucking Young contohnya.

Dua tahun setelahnya, Tyler meneruskan ide tersebut melalui Flower Boy. Memang sih Tyler selalu punya cara tersendiri untuk menggunakan akord-akord centil, tapi baru kali ini dia menggunakannya dengan cara yang lebih halus. Bintang tamu dalam Flower Boy juga tampil indie dengan Rex Orange County, Uchi Kalis, dan Anna of the North, beberapa di antaranya.

Tyler ga berhenti mengusik penggemar asli Odd Future Wolfgang Kill Them All di Flower Boy saja. Igor adalah langkah selanjutnya yang lebih mendayu, dan paling variatif dengan tembang-tembang neo-soul yang minim rap. Ini adalah album Tyler yang paling gue khatam lah, karena gue suka premis dan eksekusi konsepnya. Di album ini produksi Tyler juga terasa paling matang berkat dedikasinya terhadap detil.

Call Me If You Get Lost terasa seperti amalgamasi ketiga album sebelumnya dalam presentasi Wolf, tidak secara persis tentunya. Satu hal yang gue rasain adalah mereka berdua adalah album yang rap-sentris dengan instrumen yang terkadang minimalis, kelewat tenang, ga jarang cuma memanfaatkan ketukan drum. Bagaimanapun, persamaannya berakhir di sini saja.

Karena nyatanya banyak dari lagu di CMIYGL yang memiliki durasi pendek, dan struktur lagu yang dirancang Tyler juga lebih dari matang, memanfaatkan banyak aransemen untuk mencegah kemonotonan. Bukan berarti beat di Wolf jelek-jelek, hanya aja emang approach Tyler udah jauh lebih jago dari sekadar memanfaatkan loop.

Dari segi instrumen, gue suka banget sub-bass di sini dipake dengan kreatif dan lebih dari satu cara seperti yang ditunjukkan di LEMONHEAD dan lagu-lagu lainnya (males ngulik lagi tbh). Bass saw ala Igor juga sempet hadir di beberapa lagu, namun untuk menyebutkan elemen musik lainnya dalam album ini secara rinci adalah percuma, karena mereka memang intricate dan menuntut untuk didengar sendiri.

Ini adalah kali pertama Tyler berkolaborasi bareng DJ Drama, yakni hype man di zaman mixtape Gangsta Grillz yang Tyler idolakan. Gue jujur belum ngulik banget — makanya ga bakal bahas banyak juga — tapi yang pasti ini nambah rasa tersendiri buat CMIYGL. Entah itu rasa enak atau pahit, tergantung kalian. Gue sih menikmati sorak-sorakannya, cenderung ke ga keganggu.

Secara keseluruhan, gue suka album ini, terlebih ketika Tyler ga sendirian. WUSYUNAME, misalnya, yang menampilkan Young Boy NBA dan Ty Dolla $ign adalah lagu yang membawa suasana R&B kontemporer dengan delivery yang memuaskan. Hal yang sama dapat dikatakan untuk penampilan Lil Uzi Vert dan Pharell Williams buat lagu JUGGERNAUT. Gue sendiri paling demen HOT WIND BLOWS yang menghadirkan Lil Wayne di sini yang nge-rap-nya effortless banget. Mereka juga sempet kolaborasi di SMUCKERS dalam Cherry Bomb yang sama-sama menyenangkan untuk didenger.

CMIYGL terasa seperti upaya Tyler dalam menghidupkan dunia vintage ala Wes Anderson. Tidak jarang balutan sampel eksotis yang bossa nova membuat gue berimajinasi soal Tyler yang bepergian menggunakan kereta api antarnegara atau semacamnya. Ini bukan hanya berkat musiknya saja, melainkan sampul album bergambar kartu identitas untuk izin traveling. Video musik yang sejauh ini dirilisnya juga memberikan nuansa petualangan yang penuh warna, cukup untuk menaruh kesimpulan tentang apa yang Tyler ingin capai.

Layaknya Igor, CMIYGL punya detil yang lebih dari menakjubkan. Gue jamin kalian bakal selalu menemukan kepingan baru entah itu lirik (Tyler playful banget di sini, salah duanya bahas soal bersenggama dengan Bieber dan liburan di Swiss), instrumen, efek suara, atau adlib-nya DJ Drama. Tapi pada akhirnya gue ga sampai bener-bener terpikat. Mungkin ini yang dirasakan non-penggemar Bladee ketika gue tergila-gila sama The Fool.

Satu tradisi dalam diskografi Tyler terletak di trek ke-10 yang berbentuk medley, kali ini berjudul SWEET / I THOUGHT YOU WANTED TO DANCE. Fase SWEET terasa membawa kembali EARFQUAKE-nya Igor, sedangkan I THOUGHT YOU WANTED TO DANCE adalah duet Tyler dengan Fana Hues yang dub banget, dikendalikan oleh bass meliuk-liuk di ritme yang santai.

Kalau trek 10 berdurasi 10 menit kurang, WILSHIRE memakan waktu yang tak kalah lama, yakni 8,5 menit. Di lagu ini, deretan pikirannya menyusur layak kereta api yang tak henti, dan salah satu yang gue sempet tangkap adalah soal kekasihnya yang tidak diterima sama teman-temannya. Kurang lebih gitu sih gue rasa. Tyler mengaku rap di lagu yang kick drum-nya sengaja dibuat clipping di channel kanan ini selesai direkam hanya pada take kedua.

yup. shitty hand held mic, one whole take, 2nd attempt

Originally tweeted by Tyler, The Creator (@tylerthecreator) on 27/06/2021.

MANIFESTO merupakan salah satu trek terbaik di sepanjang album karena berisi kekesalan Tyler pada kaum woke nan BLM. Suaranya yang minim saat gerakan itu berkumandang dipertanyakan, namun di MANIFESTO ia bersama kawan satu kolektif yakni Domo Genesis blak-blakan bicara soal perjuanguan pribadi menjadi minoritas.

Di tengah-tengah ada BLESSED, yakni sebuah interlude yang lebih terkesan seperti prakata. Tyler mengucapkan rasa syukur atas semua yang dia miliki dan mengajak para pendengar meneleponnya ketika hilang/”get lost“; yakni frasa ironis yang dapat diartikan sebagai perasaan menemukan jati diri di antah berantah. Tyler merasa telah menemukan tempatnya, yang meski tidak memuaskan semua orang, tapi tetap, ini adalah tempatnya.

Trek favorit: LEMONHEAD, WUSYUNAME, HOT WIND BLOWS, MANIFESTO, SWEET / I THOUGHT YOU WANTED TO DANCE, JUGGERNAUT

Dengerin kalo lu suka Roadrunner-nya Brockhampton, karya Tyler pra-Flower Boy dan album-album rap yang lirikal namun instrumennya hard-hitting gitu lah ya gue ga banyak bisa kasi referensi, maap

7/10

Penulis: nokitron

My hobby may not be my speciality, but I know too much about it.

Tinggalkan komentar